Setiap peringatan Hari Guru seharusnya bukan sekadar seremoni, melainkan momen refleksi nasional tentang kondisi pendidikan kita. Bahwa di balik senyum para pendidik, terlihat sebuah fakta mengenai minimnya fasilitas pendidikan yang menjadi faktor terhambatnya kelancaran proses belajar mengajar. Banyak sekolah di berbagai pelosok khususnya Daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) masih bergulat dengan ruang kelas yang rusak, kekurangan laboratorium, perpustakaan seadanya, hingga akses teknologi yang jauh dari kata layak. Dalam situasi seperti ini, guru tetap dituntut menghadirkan proses pembelajaran yang berkualitas, meski perangkat pendukungnya belum memadai.
Tantangan lain adalah meningkatnya perilaku immoral dan kedisiplinan siswa di berbagai daerah. Di era digital yang serba cepat ini, guru tidak hanya mengajar, tetapi juga harus menjadi fasilitator moral, pendamping psikologis, sekaligus teladan karakter. Fenomena perundungan, rendahnya sopan santun, dan degradasi etika sosial yang turut masuk ke ruang-ruang sekolah membuat tugas guru semakin berat. Mereka berada di garis terdepan, mencoba membentuk generasi yang bukan hanya pintar, tetapi juga berakhlak, sebuah misi yang mustahil dipikul sendirian tanpa dukungan sistemik dari seluruh elemen yang ada.
Selain itu, ketimpangan pembangunan fisik sekolah di daerah tertinggal juga harus menjadi perhatian serius pemerintah. Masih banyak sekolah di wilayah terpencil yang berdiri dengan kondisi serba minim, sementara daerah perkotaan berjalan jauh lebih maju. Ketimpangan dan ketidakmerataan ini menciptakan jurang kualitas pendidikan yang menganga, menjadikan kesempatan belajar tidak lagi setara bagi semua anak bangsa. Pemerintah perlu melihat ini sebagai keharusan, bukan pilihan ; pemerataan fasilitas pendidikan adalah syarat utama mencetak sumber daya manusia yang kompetitif dan berkeadilan.
Momentum Hari Guru ini, kita patut berterima kasih kepada para pendidik atas pengabdian yang tak lekang waktu. Namun ucapan terima kasih saja tidak cukup. Yang dibutuhkan adalah keberpihakan nyata berupa kebijakan yang berpihak pada peningkatan fasilitas, penguatan karakter siswa, serta pemerataan pembangunan sekolah di seluruh wilayah terpencil. Guru telah melakukan tugas mereka dengan sepenuh hati. Kini giliran negara untuk memastikan bahwa perjuangan mereka tidak berjalan sendirian.
"Ilmu itu cahaya, Guru adalah Penjaganya"
Wonomulyo, 25 November 2025
~Muhammad Arham, S.P


Tidak ada komentar:
Posting Komentar